Diperbudak Pekerjaan

Diperbudak Pekerjaan
Diperbudak Pekerjaan
NGAJI BARENG - TAUSIAH. Pada zaman dahulu, orang tua kita berangkat bekerja setelah matahari terbit dan sudah kembali lagi ke rumah di tengah-tengah keluarga sebelum matahari terbenam. Walaupun memiliki anak yang banyak, namun mereka bisa memiliki rumah serta halaman yang cukup luas. Bahkan tidak sedikit yang mempunyai kebun dan sawah yang luas serta ternak yang banyak, dan semua anak-anaknya bisa menikmati sekolah dengan baik.

Tetapi sekarang....
Tak sedikit orang yang berangkat kerja dari subuh dan pulangnyapun hingga waktu isya bahkan banyak yang sampai larut malam, layaknya seperti diperbudak pekerjaan. Namun rumah dan tanah yang dipunyai tak seluas rumah orang tua kita, banyak yang takut memiliki anak banyak karena takut kekurangan.

Adakah yang salah dengan cara hidup orang MODERN? Bandingkan dengan orang tua kita yang hidup tanpa alat bantu, namun sangat tenang dalam menjalani hidupnya.

Sementara kita yang dilengkapi dengan mesin cuci, kompor gas, televisi, laptop, email, facebook, twitter, i-pad, kamar ber AC, kendaraan mewah, dll. Seharusnya fasilitas tersebut mempermudah dalam menjalani kehidupan ini. Tetapi apa kenyataannya? Ternyata TIDAK. Bahkan sampai-sampai kita tidak sempat menikmati hidup, karena semuanya dilakukan dengan terburu-buru.

Berangkat kerja terburu-buru, pulang kerja terburu-buru, makan siang terburu-buru, di lampu merah terburu-buru, berdo'a terburu-buru, bahkan sholatpun terburu-buru. Semua itu karena kita diperbudak oleh pekerjaan. Hanya mati yang tidak seorangpun mau terburu-buru.

Karena takut kita kekurangan harta untuk keluarga sampai-sampai kita sangat perhitungan dalam memberi. Padahal Allah tidak pernah hitungan dalam memberi rezeki pada kita. Yang lebih parah lagi, kita rela dan sangat berani melewatkan ibadah dari pada kehilangan pekerjaan.


Apakah diperbudak pekerjaan ini juga terjadi pada kita?

Marilah instrospeksi diri!
Semoga bermanfat.

Comments

Popular posts from this blog

AMALAN RATIB AL HADDAD (Habib Nuch Solo)

Tetesan Air Wudhu Menjadi Malaikat